Minggu, 15 September 2024

ANALISIS KRITIS PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL


Perjalanan pendidikan nasional Indonesia dari masa kolonial sampai sekarang selalu mengalami perkembangan. Pada tahun 1804 sekolah didirikan untuk mendidik calon pegawai negeri dan pembantu perusahaan-perusahaan milik Belanda. Rakyat hanya diajari membaca, menulis, dan berhitung seperlunya. Tahun 1920 lahir cita-cita baru untuk perubahan dalam pendidikan.

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh perjuangan dalam bidang pendidikan. Sejak muda, Ki Hajar Dewantara sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap bangsa Indonesia yang dijajah. Beliau melihat bahwa pendidikan pada masa itu sangat terbatas dan tidak memberikan kesempatan yang sama kepada pribumi. Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa yang menawarkan pendidikan berakar pada budaya Indonesia tetapi juga terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Konsep yang diusung Ki Hajar Dewantara adalah "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya di depan menjadi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberi dorongan. Melalui pendidikan, Ki Hajar Dewantara ingin membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu kolonialisme dan keterbelakangan. Dengan pendidikan, Indonesia diharapkan dapat menjadi bangsa yang maju dan bermartabat. Warisan Ki Hajar Dewantara tidak hanya berupa lembaga pendidikan, tetapi juga semangat dan nilai-nilai luhur yang terus menginspirasi generasi muda Indonesia. Sebagai guru, meneruskan perjuangan Ki Hajar Dewantara berarti meneruskan semangat beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani", membudayakan belajar sepanjang hayat, menanamkan nilai-nilai luhur bangsa, berinovasi dalam pembelajaran, dan menjadi guru sebagai agen perubahan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan maju.

Perkembangan kurikulum di Indonesia setelah merdeka dimulai dari Kurikulum 1947 yang menjadi transisi dari pendidikan Belanda menuju pendidikan nasional. Kurikulum 1952 menekankan setiap mata pelajaran harus berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta harus dapat membangun kesadaran diri sebagai bangsa Indonesia. Kurikulum 1964 mewujudkan pendidikan tingkat sekolah dasar. Kurikulum 1968 menekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinan beragama. Kurikulum 1975 menekankan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kurikulum 1984 siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Kurikulum 1994 menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan memberi banyak penambahan pelajaran, terutama materi pelajaran muatan lokal, sehingga kurikulum 1994 sangat padat. Kurikulum 2004 menekankan kompetensi siswa. Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, dan sekarang Kurikulum Merdeka Belajar lebih responsif terhadap perubahan zaman dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global.

Kurikulum yang menurut saya paling cocok diterapkan di Indonesia sekarang adalah Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar dirancang menyesuaikan perkembangan zaman saat ini dengan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel, relevan, dan berpusat pada siswa untuk menciptakan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan siap menghadapi tantangan masa depan. Menurut saya kurikulum yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia pada masa mendatang adalah kurikulum yang menyesuaikan kebutuhan perkembangan zaman dan sesuai dengan budaya Indonesia karena kurikulum  berubah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya Sosok Guru Ideal Masa Depan

  Nama                                 : Sulis Rinawati NIM                                     : 24402400697 Bidang Studi PPG          ...