Pertanyaan
- Apa kekuatan konteks sosio-kultural
(nilai-nilai luhur budaya) di daerah Saudara yang sejalan dengan pemikiran
Ki Hadjar Dewantara?
Respon:
Kekuatan
konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah saya yaitu di Pati,
Jawa Tengah yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah sopan
santun dalam berperilaku, menghormati orang tua, dan gotong royong. Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan
tentang pentingnya budi pekerti, termasuk sopan santun. Pendidikan tidak hanya
sebatas intelektual, tetapi juga mencakup pembentukan karakter yang baik. Menghormati
orang tua merupakan bagian dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur. Menurut Ki Hadjar Dewantara, gotong royong bukan hanya sekadar
kegiatan bersama, tetapi merupakan sebuah nilai yang harus ditanamkan sejak
dini pada anak-anak. Gotong royong adalah cerminan dari kepribadian yang
memiliki jiwa sosial tinggi.
Pertanyaan
- Bagaimana Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik, sebagai
anggota masyarakat?
Respon:
Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta
didik sebagai anggota masyarakat. Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara yang berpusat pada pendidikan karakter, sangat relevan untuk
dipadukan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan budaya daerah
asal. Pendidikan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi
proses pembentukan karakter yang berakar pada nilai-nilai luhur kearifan
budaya daerah asal. Setiap daerah memiliki
nilai-nilai
luhur kearifan budaya yang berbeda-beda. Dengan mengaplikasikan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan membuat pendidikan akan menjadi lebih bermakna dan relevan bagi
peserta didik sehingga dapat menjadi penguat karakter peserta didik
sebagai anggota dari masyarakat tempat tinggalnya. Hal ini akan menghasilkan generasi muda yang tidak hanya
cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berakar pada nilai-nilai
luhur bangsa.
Pertanyaan
3. 3. Ambillah salah satu
kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, kemudian uraikan bagaimana cara Saudara
menggunakannya untuk menebalkan laku peserta didik sesuai dengan konteks lokal
dan sosial budaya!
Respon:
Salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu
tentang tujuan pendidikan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Cara saya sebagai
pendidik untuk menebalkan laku peserta didik sesuai dengan konteks lokal dan
sosial budaya adalah dengan memberikan kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dan memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan peserta
didik yang lain. Peserta didik belajar berinteraksi dengan orang lain, memahami
aturan sosial, dan mengembangkan empati. Proses ini membantu peserta didik
memahami dirinya sendiri dalam konteks sosial yang lebih luas. Pendidik
memberikan tuntunan dan arahan kepada peserta didik agar tidak kehilangan arah
dan membahayakan dirinya. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses menebalkan
kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Contohnya sebagai seorang pendidik
dalam pembelajaran menggunakan studi kasus yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong,
toleransi, dan menghargai perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar