Kamis, 26 Desember 2024

Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia

 

Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Pancasila

sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia

 

Proses pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia adalah pembelajaran yang berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang dapat membentuk karakter dan kecerdasan siswa secara seimbang. Sebagai guru Matematika, saya akan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran seperti dengan melakukan diskusi kelompok untuk mennyelesaikan masalah bersama yang mencerminkan sikap gotong royong, mengajarkan siswa tentang tolerasi melalui sikap saling menghargai perbedaan pendapat, memberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRT (Curturally Responsive Teaching) yang sesuai dengan budaya siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi akrab dengan kehidupan siswa dan mudah dipahami. Dalam proses pembelajaran, saya juga akan menanamkan nilai-nilai spiritual dan etika kepada siswa dengan berdoa terlebih dahulu sebelum dan sesudah pembelajaran.

Sebagai guru Matematika, saya akan membuat proses pembelajaran yang memberikan ruang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, pengambilan keputusan, dan menyelesaikan masalah secara musyawarah. Pembelajaran berbasis proyek dan diskusi kelompok dapat menjadi sarana untuk melatih kemampuan berbicara dan berkolaborasi siswa. Saya akan membuat pembelajaran yang inklusif dan adil dengan memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka. Fasilitas dan materi pembelajaran dapat diakses oleh semua siswa, termasuk yang memiliki keterbatasan, agar setiap anak mendapat kesempatan berkembang dengan optimal.

Secara keseluruhan, proses pembelajaran yang saya idamkan sebagai guru Matematika adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi akademik, moral, sosial, emosional siswa dengan seimbang, dan selalu mengacu pada nilai-nilai luhur Pancasila. Pembelajaran yang berorientasi pada penguatan karakter, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab akan membentuk generasi penerus yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermartabat dan cinta tanah air.

Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia

 


Poster Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21

 


Nilai-Nilai Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21

Nilai-Nilai Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21

Apa relevansi Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21?

Relevansi Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia, serta perwujudannya dalam Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik di abad ke-21 adalah Pancasila  mencerminkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa Indonesia dalam konteks pendidikan abad ke-21 yang menekankan pengembangan keterampilan abad ke-21, kreativitas, dan inovasi. Pancasila tetap relevan dalam pendidikan abad ke-21, karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya membentuk karakter bangsa tetapi juga membekali peserta didik dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia yang semakin kompleks dan berubah cepat. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik yang berbasis pada Profil Pelajar Pancasila akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global, sekaligus tetap berpegang pada identitas dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

Bagaimana mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21?

Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik di abad ke-21, kita perlu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum dan praktik pendidikan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang relevan dan efektif agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan dan karakter yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman, tanpa melupakan jati diri dan identitas bangsa. Melalui pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, penguatan karakter, teknologi yang mendukung, serta pendidikan yang inklusif dan adil, peserta didik dapat berkembang menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan mampu beradaptasi dengan tantangan global dengan tetap menjaga jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Refleksi dan Perenungan Tentang Profil Pelajar Pancasila

Apa yang Saudara ketahui tentang Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia?

Pancasila sebagai entitas Bangsa Indonesia adalah Pancasila memiliki keberadaan yang berbeda, unik, dan memiliki ciri khas tersendiri yakni adanya keberagaman nilai yang terkandung di dalamnya. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia adalah Pancasila menggambarkan jati diri dan merupakan cerminan dari karakter, nilai-nilai luhur, dan kebudayaan Bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lainnya.

Apa yang Saudara ketahui tentang Profil Pelajar Pancasila (PPP)?

Profil Pelajar Pancasila (PPP) adalah konsep yang dikembangkan sebagai bagian dari upaya untuk membentuk pelajar Indonesia agar tidak hanya siap secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa kebangsaan dan kemampuan untuk menghadapi tantangan global dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi yang menggambarkan kualitas dan karakter yang diharapkan dimiliki oleh pelajar Indonesia yaitu (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) mandiri, (3) bergotong royong, (4) kreatif, (5) bernalar kritis, dan (6) kebhinekaan global.

Bagaimana menjadikan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia?

Menjadikan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Pancasila harus diintegrasikan dalam kurikulum, menjadi pedoman dalam pembelajaran di sekolah, dan diterapkan dalam pembentukan karakter pelajar Indonesia. Peran guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar pelajar Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter, integritas, dan rasa cinta terhadap bangsa dan negara.

Rabu, 25 Desember 2024

Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Identitas Manusia Indonesia

 

Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Identitas Manusia Indonesia

 

Pembelajaran yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia adalah pembelajaran yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang membentuk bangsa Indonesia, seperti Pancasila, gotong royong, cinta tanah air, serta penghargaan terhadap budaya dan kearifan lokal. Proses pembelajaran harus membentuk siswa yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, rasa gotong royong yang tinggi, dan kesadaran sosial yang mendalam.

Proses pembelajaran yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia berarti dalam proses pembelajaran harus mengimplementasikan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa Indonesia, misalnya mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pembelajaran kelompok membuat kerajinan tangan yang mengajarkan siswa sikap gotong royong, mengajarkan tentang kearifan lokal dan budaya daerah, melibatkan siswa dalam kegiatan membersihkan lingkungan sekolah, serta mengajarkan nilai toleransi dan kebhinekatunggalikaan.

Pembelajaran yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia dapat menciptakan generasi yang mampu menghadapi tantangan global, namun tetap berpegang pada jati diri sebagai manusia Indonesia yang majemuk, harmonis, dan bersatu. Dengan proses pembelajaran yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia, siswa akan lebih memahami dan menghayati perannya sebagai generasi penerus yang melestarikan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa Indonesia.

Poster Identitas Manusia Indonesia

 


Manusia Indonesia, Menyatu Dalam Perbedaan

 






Identitas Manusia Indonesia

 


1. Apa yang saya ketahui tentang identitas manusia Indonesia dalam keberagaman nilai-nilai luhur yang ada?

Identitas manusia Indonesia adalah Indentitas manusia yang dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya, norma, agama dan tradisi yang beragam di Indonesia. Keberagaman ini akan membentuk karakter dan cara berpikir manusia Indonesia. Beberapa hal yang dapat diketahui tentang identitas manusia Indonesia dalam keberagaman nilai-nilai luhur yang ada adalah :

a.     Nilai Kebhinekatunggalikaan.

Manusia Indonesia lahir, hidup, dan berkembang dalam kebhinekatunggalikaan. Bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Meskipun beragam suku, ras, agama, budaya bahkan bahasa tetapi manusia Indonesia dapat hidup berdampingan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menghormati keberagaman tersebut.  Keberagaman suku, ras, agama, budaya, dan bahasa merupakan salah satu struktur hakiki atau karakter keindonesiaan yang amat khas. Keragaman (kebhinekaan) itu merupakan pengalaman yang secara hakiki membentuk indentitas keindonesiaan sejak Indonesia belum diakui sebagai sebuah negara. Setiap wilayah memiliki budaya khasnya masing – masing yang unik dan harus selalu kita jaga karena hal ini merupakan bagian dari Identitas Bangsa Indonesia.

b.     Nilai-nilai Pancasila

Soekarno menjadikan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dan sekaligus manusia Indonesia dengan menggali nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan Nusantara. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi oleh orang-orang Indoensia yang selalu menjunjung tinggi nilai gotong – royong. Pancasila sebagai landasan filosofis yang memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa perasaan sebagai bangsa dan nilai-nilai hidup berbangsa.

c.     Nilai Religiusitas

Religiusitas merupakan hal yang mendasar atau esensial dalam hidup manusia. Dalam pengertian lain, religiusitas merupakan daya-daya insani yang bersifat batiniah yang ada di dalam kedalaman hati. Religiusitas yang bertumbuh atas dasar pengalaman relasi manusia dengan Tuhan, dengan alam duniawi dan melalui alam duniawi, menumbuhkan sikap-sikap religius. Masyarakat Indonesia umumnya sangat religius dan agama memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai agama menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia yang mengajarkan toleransi dan hidup harmonis dengan sesama.

d.     Kearifan lokal

Indonesia juga kaya dengan kearifan lokal yang mengajarkan hubungan harmonis manusia dengan alam. Kearifan ini tercermin dalam berbagai praktek hidup masyarakat. Upacara tradisional merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu kearifan lokal juga dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kearifan lokal menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.


2. Mengapa kekuatan nilai-nilai luhur identitas manusia Indonesia menjadi bagian penting dalam konteks pendidikan nasional?

Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepribadian yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur yang ada dalam budaya dan tradisi bangsa, yang mana mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis. Nilai-nilai luhur Indonesia mendukung pencapaian tujuan tersebut dengan mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan budaya dalam proses pendidikan. Beberapa alasan mengapa nilai-nilai luhur identitas manusia Indonesia penting dalam pendidikan adalah

a.  Nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan musyawarah untuk mufakat dapat menjadi perekat yang menyatukan keberagaman ini dalam konteks kebangsaan yang lebih besar

b.     Nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, kedisiplinan, dan tanggung jawab, yang telah lama dikenal dalam budaya Indonesia, membentuk karakter yang kuat pada generasi muda, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

c. Pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia dapat membangkitkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme di kalangan peserta didik.

d.   Nilai-nilai luhur menjadi sarana untuk memilih informasi dan pengaruh yang baik, serta membantu peserta didik untuk tetap bertahan pada akar budaya mereka tanpa tergerus oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan identitas nasional.

Nilai-nilai luhur identitas manusia Indonesia tidak hanya penting dalam memelihara kelestarian budaya, tetapi juga sebagai landasan dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti yang luhur dan siap menghadapi tantangan global.

3. Bagaimana rumusan tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia?

Identitas manusia Indonesia bukan sekadar gagasan filosofis tetapi menjadi landasan kuat dalam menetapkan kurikulum, metode pengajaran, dan tujuan pendidikan. Hal ini penting agar pendidikan nasional tidak hanya mengejar pencapaian akademis, tetapi juga melahirkan individu-individu yang memahami dan menghargai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia

Beberapa hal utama bagaimana identitas manusia Indonesia membentuk landasan pendidikan di Indonesia:

a.     Nilai Pancasila sebagai Pedoman: Identitas manusia Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Pancasila, yang menekankan pada keimanan, persatuan, keadilan, dan kerakyatan. Pancasila mendorong adanya keseimbangan antara pendidikan karakter dan akademik, sehingga peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan rasa cinta tanah air.

b.  Kebhinnekaan sebagai Dasar Toleransi: Indonesia dikenal sebagai negara yang majemuk dengan keberagaman suku, agama, dan budaya. Dengan menanamkan pemahaman akan kebhinnekaan sejak dini dalam pendidikan, peserta didik diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menumbuhkan toleransi. Pendidikan yang mencerminkan identitas ini mendukung kesatuan nasional dan mencegah konflik sosial.

c.  Gotong Royong sebagai Filosofi Pendidikan: Salah satu ciri identitas manusia Indonesia adalah budaya gotong royong, yang mengajarkan kebersamaan dan kolaborasi. Gotong royong dapat diwujudkan melalui pembelajaran kolaboratif, kerja kelompok, dan pendekatan yang melibatkan seluruh komponen sekolah. Hal ini membentuk karakter peserta didik yang peduli dan memiliki empati tinggi.

d.   Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal: Pendidikan yang berlandaskan identitas manusia Indonesia juga perlu memanfaatkan kearifan lokal, karena tiap daerah di Indonesia memiliki budaya yang unik dan nilai-nilai yang kaya. Dengan menyesuaikan kurikulum atau materi pembelajaran yang relevan dengan lingkungan sosial-budaya peserta didik, pendidikan menjadi lebih kontekstual dan bermakna.

e.     Menghasilkan Generasi Berkarakter Kebangsaan: Identitas manusia Indonesia juga tercermin dalam tujuan untuk mencetak generasi yang tidak hanya kompeten secara global tetapi juga memiliki jiwa kebangsaan yang kuat. Dengan demikian, pendidikan bertugas menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang kritis, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

 

 


Tentang Manusia Indonesia

Menurut Anda, apa yang khas dan unik sebagai manusia Indonesia?

Menurut saya, yang khas dan unik sebagai manusia Indonesia adalah sikap gotong royong, ramah, dan toleransinya. Indonesia kaya akan budaya daerah, perbedaan agama, dan perbedaan letak geografisnya tetapi manusia Indonesia tetap dapat hidup rukun.

Sebagai calon pendidik profesional, Mengapa Anda perlu mengenal manusia Indonesia dalam proses mendidik?

Sebagai calon pendidik profesional, saya perlu mengenal manusia Indonesia dalam proses mendidik karena pemahaman ini akan mempengaruhi cara saya merancang strategi pembelajaran, pendekatan dalam berinteraksi dengan siswa, serta cara saya menumbuhkan potensi dan karakter mereka. Dalam menghadapi keragaman di kelas memerlukan sensitivitas dan pemahaman yang mendalam tentang latar belakang siswa. Jika kita mengenal karakteristik manusia Indonesia, kita akan lebih bijak dalam merancang pembelajaran yang inklusif dan dapat menghargai perbedaan. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi semua siswa dan menanamkan nilai-nilai toleransi, kerjasama, serta penghargaan terhadap keberagaman di antara mereka.

Apa yang Anda syukuri sebagai manusia Indonesia?

Yang saya syukuri sebagai manusia Indonesia adalah dapat hidup rukun di tengah-tengah perbedaan yang ada di Indonesia. Indonesia sangat kaya akan budaya dan alamnya. Indonesia sangat menjunjung tinggi toleransi dan kekeluargaan antar masyarakatnya. Budaya kekeluargaan yang kental mengajarkan kita pentingnya ikatan keluarga sebagai sumber dukungan emosional dan sosial yang sangat kuat.

Menjadi Guru yang Memerdekakan Siswa

 

Menjadi Guru yang Memerdekakan Siswa

 

Konsep pendidikan yang memerdekakan siswa sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara mengajarkan tiga prinsip utama dalam pendidikan, yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan bagi sosok guru idaman masa depan. Guru yang menjadi teladan, pemberi semangat, dan sekaligus pendorong dari belakang.

Guru yang memerdekakan siswa adalah guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kreativitas, kemandirian, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru fokus pada pengembangan potensi siswa secara menyeluruh, tidak hanya mengejar aspek akademik saja, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, emosional, dan spiritual siswa. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung potensi siswa, guru dapat membantu siswa tumbuh menjadi individu yang berkarakter.

Guru merupakan sosok penting dalam pembelajaran. Peran guru tidak hanya sebagai pemberi materi, tetapi guru harus bisa menjadi fasilitator yang mampu menginspirasi dan mengembangkan potensi siswa. Guru tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses belajar siswa. Penilaian autentik seperti portofolio, presentasi, dan proyek kelompok dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perkembangan siswa.

Untuk menjadi guru yang memerdekakan siswa, guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terus belajar meningkatkan kompetensinya. Guru masa depan yang inovatif, kreatif dan mengeksplorasi berbagai model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan siswa. Guru menggunakan berbagai aplikasi dan platform digital agar siswa dapat mengakses informasi yang lebih luas dan lebih fleksibel dalam belajar. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran harus dilakukan secara bijak agar tidak mengalihkan perhatian siswa dari tujuan pembelajaran. Dengan menjadi guru yang memerdekakan siswa, diharapkan dapat membantu siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya, menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter.

Poster Dasar-Dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


 

Nilai-Nilai Luhur Budaya di Daerah Pati yang Sejalan dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 Pertanyaan

  1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Saudara yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Respon:

Kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah saya yaitu di Pati, Jawa Tengah yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah sopan santun dalam berperilaku, menghormati orang tua, dan gotong royong. Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan tentang pentingnya budi pekerti, termasuk sopan santun. Pendidikan tidak hanya sebatas intelektual, tetapi juga mencakup pembentukan karakter yang baik. Menghormati orang tua merupakan bagian dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Menurut Ki Hadjar Dewantara, gotong royong bukan hanya sekadar kegiatan bersama, tetapi merupakan sebuah nilai yang harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Gotong royong adalah cerminan dari kepribadian yang memiliki jiwa sosial tinggi.

Pertanyaan

  1. Bagaimana Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik, sebagai anggota masyarakat?

Respon:

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai anggota masyarakat. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang berpusat pada pendidikan karakter, sangat relevan untuk dipadukan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan budaya daerah asal. Pendidikan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi proses pembentukan karakter yang berakar pada nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal. Setiap daerah memiliki nilai-nilai luhur kearifan budaya yang berbeda-beda. Dengan mengaplikasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan membuat pendidikan akan menjadi lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik sehingga dapat menjadi penguat karakter peserta didik sebagai anggota dari masyarakat tempat tinggalnya. Hal ini akan menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berakar pada nilai-nilai luhur bangsa.

Pertanyaan

3.  3. Ambillah salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, kemudian uraikan bagaimana cara Saudara menggunakannya untuk menebalkan laku peserta didik sesuai dengan konteks lokal dan sosial budaya!

Respon:

Salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu tentang tujuan pendidikan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Cara saya sebagai pendidik untuk menebalkan laku peserta didik sesuai dengan konteks lokal dan sosial budaya adalah dengan memberikan kemerdekaan peserta didik dalam belajar dan memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan peserta didik yang lain. Peserta didik belajar berinteraksi dengan orang lain, memahami aturan sosial, dan mengembangkan empati. Proses ini membantu peserta didik memahami dirinya sendiri dalam konteks sosial yang lebih luas. Pendidik memberikan tuntunan dan arahan kepada peserta didik agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses menebalkan kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Contohnya sebagai seorang pendidik dalam pembelajaran menggunakan studi kasus yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan menghargai perbedaan.

Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

 


Kolaborasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

Kelompok :

1.     Aliffatul Fahmi                                   (24402400036)

2.     Rizky Pratama Putra                           (24402400605)

3.     Rora Nurtsalitsa Switania                   (24402400608)

4.     Sulis Rinawati                                    (24402400697)

5.     Triana Rosmawati                              (24402400724)

 

PPG Bagi Calon Guru Gelombang 2 Tahun 2024

Bidang Studi Matematika

LPTK Universitas Islam Sultan Agung

 

Filosofi Pendidikan Indonesia

T2.3. Ruang Kolaborasi

Tabel 2.3. Kolaborasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

1.    Apa makna kata menuntun dalam proses pendidikan?

Respon:

Kata "menuntun" dalam proses pendidikan memiliki makna menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk memperbaiki laku-nya menjadi manusia seutuhnya. Secara umum, menuntun berarti memberikan arahan, bimbingan, atau petunjuk kepada anak untuk membantu mereka memahami konsep atau keterampilan baru. Menuntun dalam konteks pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara mencerminkan usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh dengan pendekatan yang humanis dan berorientasi pada karakter.

2.    Bagaimana kata menuntun dimaknai dalam konteks sosial budaya (nilai-nilai luhur) di daerah saudara? Apa yang dapat Saudara lakukan untuk mewujudkan pendidikan dengan konteks budaya?

Respon :

Dalam konteks sosial budaya, "menuntun" dapat dimaknai sebagai upaya untuk membantu anak memahami dan menebalkan potensi kodrati yang sudah ada dalam diri mereka dengan memanfaatkan kekuatan nilai-nilai luhur lokal. Nilai-nilai ini bertindak sebagai fondasi untuk memperkuat karakter anak agar tumbuh menjadi manusia yang utuh. Di daerah saya (Semarang), yang memiliki warisan budaya kaya seperti nilai gotong royong, toleransi, dan sopan santun dalam pergaulan sosial, “menuntun” berarti memperkuat karakter anak melalui nilai-nilai luhur tersebut. Kekuatan sosial budaya masyarakat Semarang, seperti kehidupan masyarakat yang guyub dan menghargai keragaman, menjadi sarana untuk menebalkan potensi anak yang masih samar-samar. Yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan dengan konteks budaya ini adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal Semarang dalam proses pembelajaran, seperti mengajarkan kebersamaan dalam kegiatan proyek kelompok yang mencerminkan gotong royong atau memfasilitasi diskusi kelas yang menghormati keberagaman pendapat. Selain itu, saya dapat bekerja sama dengan tokoh masyarakat lokal untuk memasukkan aspek-aspek budaya dan sejarah Semarang ke dalam materi pelajaran, sehingga peserta didik lebih mengenal identitas mereka dan memahami bahwa pendidikan adalah proses untuk menjadi manusia seutuhnya yang berakar pada nilai-nilai sosial budaya yang ada di sekitar mereka.

3.    Mengapa pendidikan perlu mempertimbangan kodrat alam dan kodrat zaman?

Respon:

Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena keduanya merupakan bagian penting dari konteks di mana pembelajaran terjadi, dan mempengaruhi perkembangan serta kebutuhan peserta didik secara signifikan.

Kodrat alam merujuk pada karakteristik dasar manusia, seperti aspek biologis, psikologis, dan sosial. Dalam konteks pendidikan, mempertimbangkan kodrat alam berarti memahami bagaimana peserta didik berkembang secara alami dan memastikan bahwa proses belajar-mengajar sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut.

Kodrat zaman merujuk pada konteks historis dan situasi sosial-budaya di mana pendidikan berlangsung. Pendidikan harus relevan dengan zaman agar peserta didik mampu beradaptasi dan sukses dalam dunia yang terus berubah. Mempersiapkan peserta didik dalam kemajuan teknologi dan menghadapi tantangan global. Pendidikan dapat menjadi lebih relevan dan kontekstual, mempersiapkan peserta didik untuk tantangan masa kini dan masa depan.

Dengan mempertimbangkan kedua aspek ini, pendidikan tidak hanya berfokus pada penguasaan pengetahuan, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan nyata. Hal ini relevan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

4.    Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang memerdekakan murid” dengan Saudara sebagai profesi pendidik?

Respon :

Pendidikan yang memerdekakan murid menurut Ki Hajar Dewantara merujuk pada konsep pendidikan yang bertujuan untuk membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketergantungan, dan berbagai belenggu yang menghalangi perkembangan potensi mereka. Relevansi pemikiran tersebut dengan kami sebagai profesi pendidik adalah sebagai pendidik kami harus menciptakan pendidikan yang berorientasi pada peserta didik. Mengembangkan pembelajaran yang memfasilitasi kebutuhan setiap peserta didik, membuat mereka turut aktif dalam pembelajaran, dan tidak lupa menghargai perbedaan dan latar belakang kemampuan peserta didik. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan setiap potensi yang mereka miliki. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan yang memperhatikan potensi dan kebutuhan peserta didik. Selain mengembangkan pembelajaran dalam bidang akademik, seorang pendidik juga perlu mengembangkan karakter peserta didik. Menjadikan peserta didik seorang individu yang bertanggung jawab, disiplin, kreatif, dan mandiri perlu dipersiapkan sejak jenjang sekolah agar di masa depan peserta didik tersebut memiliki daya juang dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan hak bagi semua golongan masyarakat tidak peduli apapun latar belakangnya. Sebagai pendidik kami tidak boleh membeda – bedakan peserta didik apapun latar belakang sosial, suku, ras maupun agamanya. Seperti Ki Hajar Dewantara yang mendirikan sekolah Taman Siswa yang mengajak semua anak untuk bersekolah tanpa memandang siapa orang tuanya, karena setiap anak berhak untuk mengakses pendidikan yang optimal.

Selasa, 17 Desember 2024

Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 Refleksi

1.  Apa yang anda ketahui dan pahami dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran?

Respon

    Yang saya ketahui dan pahami dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah pendidikan sebagai proses yang sangat penting untuk membentuk manusia seutuhnya, baik secara intelektual, emosional, maupun sosial. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan dalam mendidik anak-anak harus sesuai dengan zamannya. Semboyan yang terkenal dari beliau adalah "ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Semboyan ini menjadi pedoman bagi pendidik yang artinya, di depan (sebagai pemimpin) guru harus menjadi teladan, di tengah (sebagai teman) guru harus mampu membangkitkan semangat, dan di belakang (sebagai pendukung) guru harus memberikan dorongan dan bimbingan. 

Refleksi

2. Apa relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan konteks Pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan saat anda bersekolah?

Respon

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara masih sangat relevan dengan konteks Pendidikan Indonesia saat ini. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang memerdekakan peserta didik memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia pendidikan Indonesia. Beberapa poin penting yang masih sangat relevan adalah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan karakter, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pentingnya pendidikan yang relevan dengan kehidupan nyata, dan pendidikan untuk semua. Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan konteks pendidikan saat saya bersekolah: Saat saya bersekolah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang merupakan upaya untuk merealisasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam sistem pendidikan formal di Indonesia. Kedua kurikulum ini memiliki beberapa kesamaan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, antara lain memiliki fokus pada kompetensi peserta didik untuk mencetak manusia seutuhnya, menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik, pembelajaran aktif, dan peran guru sebagai fasilitator.

Refleksi

3. Apakah anda merasa memiliki kemerdekaan belajar ketika anda memiliki peserta didik?

Respon

Iya, saya merasa memiliki kemerdekaan belajar ketika saya memiliki peserta didik.

Refleksi

4. Apakah anda juga merasa memiliki kemerdekaan ketika anda memilih profesi guru?

Respon

Iya, saya merasa memiliki kemerdekaan ketika saya memilih profesi guru.


Refleksi Kritis Pilihan Sebagai Guru

1. Apakah harapan yang ingin saudara lihat pada diri anda sebagai seorang pendidik dan  peserta didik?

Untuk diri sendiri:

Sebagai pendidik, saya berharap dapat memfasilitasi peserta didik saya untuk mencapai potensi maksimal yang mereka miliki. Saya bisa memberikan ilmu yang bermanfaat, membimbing mereka, dan menjadi contoh teladan yang baik.

Untuk peserta didik:

Sebagai peserta didik, saya berharap dapat belajar secara maksimal sesuai  potensi yang saya miliki.


2. Apa saja kegiatan, materi, dan manfaat yang anda dapatkan dalam mempelajari topik ini?

Untuk diri sendiri:

Dengan mempelajari topik ini, saya dapat memahami filosofi Ki Hadjar Dewantara, bahwa guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik. Filosofi Ki Hajar Dewantara dapat membantu guru dalam mengembangkan karakter peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, dan kreatif, membantu guru untuk menghubungkan teori pendidikan dengan praktik pembelajaran yang nyata, menjadi sumber inspirasi bagi guru untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran, serta berkontribusi dalam membangun generasi muda yang berkualitas.

Untuk peserta didik:

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat diimplementasikan dalam pembelajaran saat ini yang tantangannya sangat luar biasa, baik dari internal peserta didik maupun sosial masyarakat, teknologi, dan budaya asing.  

Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia

  Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia   Proses pembelajaran yang sesuai dengan Panca...